Setiap Pertemuan Memiliki Cerita dan Setiap Cerita Memiliki Makna....
Cerbung ini awalnya adalah sebuah cerpen yang Insya Allah dibukukan
Maba-Miba
Namaku
Lutfi, perantau ilmu asal Semarang. Awal September, cuaca begitu panas
membakar segalanya, mulai dari uap air di pakaian basah hingga lahan gambut di
pinggir kota. Panas September juga begitu terasa di Halte BPS Otista Raya. Teriknya
mendidihkan ubun-ubunku, ubun-ubun yang sekarang tak terlindungi rambut yang
cukup. Aku botak khas maba--mahasiswa baru--menunggu detik-detik magradika yang akan
segera dimulai. Hari ini aku ingin sedikit melupakan gersangnya kehidupan Jakarta dengan membaca
buku di Gramedia.
Lima,
sepuluh, lima belas menit berlalu, Kopaja 502 tak kunjung mampir di halte BPS.
Aku sedang berpikir apakah teman kosku berbohong tentang nomor Kopaja, ketika
seseorang tiba-tiba menyapaku.
Cara bicara dan aksen yang
tidak biasa kudengar.
“Kamu
maba STIS kan ya? Tempat daftar ulang di arah mana ya?”
Plontosku
membuka identitasku dengan mudah. Aku terkejut dan langsung menunjuk ke arah
deretan ruangan di lantai bawah gedung.
“Ohh..disitu.
Oke, makasih ya…Eh, nama kamu siapa? Aku Mia. Kamu?” katanya sambil mengajakku
berjabat tangan.
“Lutfi,”
kataku spontan membalas jabat tangannya.
Aku
akhirnya memerhatikan sepenuhnya siapa gadis yang menyapaku. Tingginya hampir
mencapai kepala plontosku, berkemeja biru muda, dengan kerudung yang dililit
ketat di leher.
Mia tersenyum padaku
sebelum berlalu. Semilir kesejukan mengisi sanubariku.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar