OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KINERJA PEMUDA SEBAGAI MESIN PENGHANCUR KEMISKINAN
Millenium
Development Goals (MDGs) adalah sebuah tujuan pembangunan millenium yang
dirumuskan pada Agustus 2001. Sebuah tujuan millennium hasil Deklarasi 189
pemimpin yang memiliki visi mulia untuk membangun suasana kondusif bagi
pembangunan seluruh masyarakat dunia serta mengentaskan kemiskinan. MDGS
sendiri ditargetkan akan terlakasana secara keseluruhan pada tahun 2015 dengan
8 tujuan utama, yakni menanggulangi kemiskinan dan kelaparan ,mencapai pendidikan dasar
universal ,Mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan ,menurunkan angka kematian anak ,meningkatkan kesehatan ibu ,memerangi HIV / AIDS,
malaria dan lainnya ,memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan.
Seiring dengan berjalannya waktu, tahun 2015 pun
semakin dekat dan negara-negara di dunia bersiap mempertanggungjawabkan hasil
dari tujuan yang telah disepakati. Indonesia sendiri telah mencapai berbagai
tujuan millennium ini dengan penurunan angka kemiskinan, penurunan angka
pengangguran, peningkatan ekonomi yang inklusif serta peningkatan partisipasi
pendidikan di Indonesia. Usaha-usaha pun dilakukan oleh para pemimpin dunia
untuk menyongsong tahun 2015 sebagai tahun target MDGs melalui pertemuan untuk
membahas agenda pasca 2015. Indonesia merupakan salah satu negara yang
merumuskan 12 agenda ‘Post-2015’ yang menjadi kelanjutan dari MDGs. Post-2015
terutama masih memfokuskan mengenai pengentasan kemiskinan dan pengembangan
sumber daya manusia.
Titik
Fokus Pertama Ageda Post-2015(Post MDGs)
Kemiskinan
merupakan muara segala problematika ekonomi-sosial. Kemiskinan merupakan sebuah
lingkaran setan, dimana kualitas pendidikan rendah, kesehatan buruk, kekurangan
gizi, pengangguran, serta pendapatan rendah menjadi komponen pembentuknya.
Layaknya sebuah siklus, lingkaran kemiskinan tidak pernah memiliki titik awal
dan titik akhir. Setiap komponen lingkaran setan kemiskinan saling mempengaruhi
sekaligus memperburuk keadaan komponen yang lain. Indonesia sendiri melalui
data Badan Pusat Statistik menyatakan hingga tahun 2013, sebanyak 28.553.930
jiwa hidup di bawah garis kemisikinan.
Sebuah
keluarga yang memiliki pendapatan rendah atau kepala keluarganya adalah seorang
pengangguran, tidak dapat membiayai kebutuhan pangan seluruh keluarga sesuai
dengan taraf gizi yang cukup. Hal ini mengakibatkan kekurangan gizi terutama
pada anak-anak. Anak yang minim gizi dapat mudah terserang penyakit. Kondisi
kesehatan yang buruk menyebabkan pendidikan tidak dapat diperoleh dengan
optimal. Selain itu, pendapatan keluarga yang rendah dapat mengakibatkan sang
anak juga putus sekolah. Akhirnya, siklus ranjau ini akan terulang lagi ketika sang
anak dewasa.
Titik
Fokus Kedua Agenda Post-2015(Post MDGs)
Indonesia
menghadapi tantangan besar dalam pembangunan manusia dalam menghadapi masa
depan terutama pada era 10 hingga 20 tahun pasca-2015. Negara kepulauan
terbesar di dunia dan berpenduduk 237.641.326 jiwa (Sensus Penduduk 2010).
Jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah secara simultan sebagai akibat
laju pertumbuhan penduduk yang tak kunjung menurun sejak dua dekade lalu, yakni
sebesar
1,49%
per tahun.(sumber: Badan Pusat Statistik RI). Kestimultanan pertambahan
jumlah penduduk ini akan membawa pada fenomena unik bernama bonus demografi.
Bonus
Demografi adalah bentuk potensi pemuda produktif Indonesia. Bonus demografi
merupakan hasil pergerakan transisi demografi dimana angka kelahiran telah
menurun dari tingkat kelahiran yang tinggi sebelumnya. Sebuah negara dikatakan
mengalami bonus demografi jika dua penduduk usia produktif (15-64) menanggung
satu orang tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun).
Berdasarkan proyeksi kependudukan yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik,
Indonesia mulai mengalami fenomena bonus demografi pada tahun 2012 dengan
puncaknya akan terjadi pada tahun 2028 hingga 2030. Hal ini dapat terjadi di
Indonesia sebagai akibat dari tingginya angka kelahiran pada masa lampau, lalu
mulai ditekan dengan implementasi program Keluarga Berencana (KB).
Optimalisasi
Pemuda dalam Bonus Demografi : Kini dan Nanti
Fenomena
ledakan jumlah pemuda berbentuk bonus demografi dan kemisikinan merupakan
bentuk isu sentral kependudukan yang harus diatasi sebagai bagian agenda Post
MDGs bagi Indonesia. Kedua hal yang hubungannya seolah dilupakan sehingga
analisis dampaknya dilakukan secara terpisah. Padahal, jika kedua isu ini
dianalisis dampaknya secara bersamaan, maka pemuda sebagai inti bonus demografi
adalah potensi penghancur kemiskinan. Kemiskinan secara jelas merupakan masalah
kronis yang berdampak negatif terhadap berbagai sendi kehidupan manusia. Namun,
bonus demografi hadir sebagai hal murni dan netral yang harus didefinisikan
keberadaanya.
Sumber : diazhamidfajarullah.files.wordpress.com
Peristiwa bonus demografi merupakan peristiwa
binomial dimana dapat diarahkan menuju hal yang positif atau hal yang negatif.
Bonus demografi dapat menjadi masalah kependudukan baru yang menjerat Indonesia
ke perangkap kemiskinan karena besarnya jumlah pemuda dan sumbangsihnya
terhadap komponen lingkaran setan. Namun, di sisi lain, bonus demografi adalah
pionir penghapus kemiskinan karena potensi pemuda Indonesia melalui
produktivitasnya. Kuantitasnya yang akan berjumlah dua kali lipat akan membawa
penduduk usia tidak produktif menuju kehidupan yang layak. Bonus
demografi lahir akibat sebuah sifat unik dari pertumbuhan penduduk yang disebut
momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi (hidden momentum of
population growth). Pertumbuhan penduduk memiliki kecenderungan untuk
terus meningkat tak terhentikan meski tingkat kelahiran telah menurun secara
drastis. Laju pertumbuhan penduduk seolah memiliki momentum internal
tersembunyi yang terus melaju sebelum akhirnya berhenti. (Todaro, 2004)
Sifat
momentum pertumbuhan penduduk yang tersembunyi dilatarbelakangi oleh dua alasan
pokok. Pertama, tingkat kelahiran tidak mungkin diturunkan hanya dalam waktu
satu malam. Keadaan budaya, sosial, dan ekonomi yang mengakar dalam kehidupan
masyarakat yang mempengaruhi fertilitas tidak mudah diubah hanya dengan
himbauan-himbauan pemerintah maupun melalui program kontrasepsi. Kedua, hal ini
berkaitan dengan struktur umur penduduk di masa lampau. Tingginya angka
kelahiran di masa lampau menyebabkan pada dekade berikutnya sang bayi akan
menjadi bagian dari penduduk usia produktif.
Bonus
demografi merupakan wujud nyata dampak dari kedua latar belakang sifat momentum
tersembunyi. Bonus demografi harus dapat segera dimanfaatkan guna mengatasi
kemiskinan. Tahap pertama optimalisasi bonus demografi dapat dimulai dengan
mengatasi kedua latar belakang dalam sifat momentum tersembunyi. Hal ini
bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga menekan jumlah
penduduk usia tak produktif. Penekanan ini akan memaksimalkan manfaat penduduk
usia produktif sebagai subjek bonus demografi. Lalu, dilanjutkan dengan
optimalisasi kemampuan bonus demografi melalui pendidikan dan kesehatan untuk
gerilya penghancuran komponen lingkaran setan kemiskinan berbentuk pendidikan
dan kesehatan yang buruk.
Pemerintah
merupakan sentral dalam optimalisasi pemuda Indonesia dalam bonus demografi.
Kewenangan yang dimiliki pemerintah memvalidasi setiap langkah untuk mengatur
alokasi komponen bonus demografi dalam pemutusan lingkaran setan kemiskinan.
Bentuk tahap pertama optimalisasi bonus demografi adalah konsistensi dalam
sosialisasi dan implementasi program-program kependudukan. Sosialisasi program
Generasi Berencana dan program Keluarga Berencana harus menyentuh semua
kalangan di semua tempat, tak hanya melalui penyuluhan langsung pada wanita
usia produktif di lingkungan perumahan, namun juga pada wanita usia produktif
di lingkungan sekolah. Penyuluhan harus dilakukan secara rutin hingga dapat
menjadi sebuah kurikulum khusus yang mandiri, seperti Pendidikan Kependudukan,
sebagai hasil kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan
Kementerian Pendidikan Nasional.(sumber: www.bkkbn.go.id)
Menjaga
pemuda saat ini akan membantu menjaga penduduk usia produktif di masa puncak
bonus demografi. Tahap kedua upaya optimalisasi bonus demografi yang dilakukan
pemerintah adalah perbaikan kualitas hidup penduduk usia produktif saat ini
pada berbagai komponen kemiskinan. Penduduk usia produktif dapat dialokasikan
sebagai tenaga kerja pada berbagai sektor ekonomi secara proporsional.
Pembukaan fisik lapangan kerja serta pemberian pilihan pekerjaan yang luas
merupakan modal utama agar alokasi potensi penduduk usia produktif menjadi
optimal. Sinergi modal manusia dan modal fisik ini otomatis langsung mengatasi
komponen pengangguran dan pendapatan rendah pada lingkaran setan kemiskinan.
Sumber: rifdoisme.wordpress.com
Kemiskinan,
kontrasepsi, pendidikan dan kesehatan memiliki hubungan yang sangat kuat. Tak
dapat dipungkiri, pengentasan kemiskinan, dapat dimulai dengan implementasi
kontrasepsi sebagai tahap pertama optimalisasi bonus demografi dan dilanjutkan
dengan pendidikan dan kesehatan. Keadaan keluarga miskin dapat berubah secara
drastis secara sosial-ekonomi dengan penekanan jumlah anak. Jumlah anak yang
sedikit dapat meningkatkan fokus perawatan orangtua terhadap anak dalam menjaga
kualitas kehidupannya. Seorang anak dengan kualitas yang baik dapat menjadi
pembuka jalan keluarga untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Bentuk
kemiskinan sebagai lingkaran siklus sebenarnya dapat memberi manfaat dalam
upaya pengentasan kemiskinan itu sendiri.
Sifat sebuah siklus dimana jika sebuah komponen diperbaiki, maka secara
otomatis semua komponen lain akan menjadi baik. Memutus satu komponen masalah
pada lingkaran setan kemiskinan akan membumihanguskan komponen yang lain secara
otomatis. Penyerangan langsung pada semua komponen dengan memanfaatkan bonus
demografi akan mempercepat hancurnya lingkaran setan kemiskinan. Indonesia juga
akan segera dikuasai oleh pemuda usia produktif dalam jumlah yang besar.
Kualitas penduduk yang memegang kekuasaan ini haruslah dijaga pada kondisi yang
baik agar menciptakan Indonesia yang baik pula. Modal utama kualitas penduduk
yang baik adalah pendidikan dan kesehatan.
Tahun
2015 telah datang dan Agenda Post MDGs telah di depan mata, menunggu untuk
direalisasikan. Indonesia adalah negara yang beruntung memiliki jumlah pemuda
yang besar berbentuk bonus demografi. Sinergi antara semua komponen negara
sangat dibutuhkan untuk menyerang komponen kemiskinan secara bergerilya dari
segala penjurum melalui pemanfaatan bonus demografi. Optimalisasi pengembangan
pemuda saat ini akan membantu pula optimalisasi kinerja pemuda di masa depan.
Pemberantasan kemiskinan denganbonus demografi saat ini akan mencegah timbulnya kemiskinan pada bonus demografi di
masa depan. Mari, Optimalkan Kinerja Pemuda di Era Post MDGs! Bersiaplah
Menghancurkan Kemiskinan!!
DAFTAR PUSTAKA:
Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
www.bps.go.id
www.kompas.com
sumsel.bkkbn.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar